06.24 Edit This 0 Comments »
Angan Kakek Afif Mantan Guru Tentang Sistem Pendidikan Berbasis Akhlak untuk wong cilik
Jakarta, Selasa 10 juni 2014-
Suatu siang tak terasa bagai siang ketika segelas kopi dingin
menemani perbincangan di tengah kesibukan orang-orang. Segarnya es
ditambah dengan tegukan semangat kopi membuat kesan nyaman ketika
mengangankan sesuatu.
Pedagang es kopi itu namanya Kakek Afifudin (62) yang rupanya mantan guru honorer ketika masih muda. Suara harap tentu saja masih tersimpan di kepala Kakek Afif. Sebuah harapan akan sistem pendidikan yang sejak dia mengajar di tahun 1977 belum pernah diterapkan di negeri yang berdasar Pancasila ini.
“Kalau sistem pendidikan sih saya inginnya yang mementingkan akhlak dahulu sebelum ilmu yang lain-lain. Kalau masih kecil itu yang paling penting pelajaran tentang akhlak, baru nanti semakin ditambah ilmu yang lain-lain entah itu astronomi atau fisika atau yang lain,” tutur Kakek Afif di pinggir Jl Urip Sumoharjo, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (2/6/2014).
Baju khas tenaga pengajar yang melekat di badan Kakek Afif masih belum kusam terlihat. Seperti masih pantas untuk bicara di depan ruangan sambil mengusul sebuah gagasan.
“Innama buitsu makarimal akhlaq, kata Rasul. Artinya sesungguhnya aku diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak. Tapi sekarang coba anak-anak SD pelajaran lain-lain sudah banyak tapi tentang budi pekerti porsinya sedikit sekali. Padahal itu yang penting bagaimana membentuk mental,” papar Kakek Afif sambil meracik segelas kopi untuk pelanggan.
Kakek Afif pun tidak heran mengapa semakin hari semakin banyak koruptor di negeri ini. Tak heran pula dia bagaimana masyarakat acuh tak acuh dengan sesama.
Ketika dia mengajar dahulu pun selalu dia tekankan soal akhlak. Tapi semakin sekarang pendidikan tentang akhlak menurut Kakek Afif dianggap sebagai selingan saja.
“Tapi kalau sekarang saya sudah tidak bisa mengajar lagi soalnya tenaga saya sudah tidak kuat lagi. Kita serahkan saja sama yang bikin kebijakan nanti bagaimana,” ucap Kakek Afif.
Berharap dalam tatap tak berucap, Kakek Afif ingin sistem pendidikan di negeri ini juga kaya akan pendidikan moral. Berharap pula esok hari ada salah satu anaknya yang mau menjadi pengajar.
Pedagang es kopi itu namanya Kakek Afifudin (62) yang rupanya mantan guru honorer ketika masih muda. Suara harap tentu saja masih tersimpan di kepala Kakek Afif. Sebuah harapan akan sistem pendidikan yang sejak dia mengajar di tahun 1977 belum pernah diterapkan di negeri yang berdasar Pancasila ini.
“Kalau sistem pendidikan sih saya inginnya yang mementingkan akhlak dahulu sebelum ilmu yang lain-lain. Kalau masih kecil itu yang paling penting pelajaran tentang akhlak, baru nanti semakin ditambah ilmu yang lain-lain entah itu astronomi atau fisika atau yang lain,” tutur Kakek Afif di pinggir Jl Urip Sumoharjo, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (2/6/2014).
Baju khas tenaga pengajar yang melekat di badan Kakek Afif masih belum kusam terlihat. Seperti masih pantas untuk bicara di depan ruangan sambil mengusul sebuah gagasan.
“Innama buitsu makarimal akhlaq, kata Rasul. Artinya sesungguhnya aku diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak. Tapi sekarang coba anak-anak SD pelajaran lain-lain sudah banyak tapi tentang budi pekerti porsinya sedikit sekali. Padahal itu yang penting bagaimana membentuk mental,” papar Kakek Afif sambil meracik segelas kopi untuk pelanggan.
Kakek Afif pun tidak heran mengapa semakin hari semakin banyak koruptor di negeri ini. Tak heran pula dia bagaimana masyarakat acuh tak acuh dengan sesama.
Ketika dia mengajar dahulu pun selalu dia tekankan soal akhlak. Tapi semakin sekarang pendidikan tentang akhlak menurut Kakek Afif dianggap sebagai selingan saja.
“Tapi kalau sekarang saya sudah tidak bisa mengajar lagi soalnya tenaga saya sudah tidak kuat lagi. Kita serahkan saja sama yang bikin kebijakan nanti bagaimana,” ucap Kakek Afif.
Berharap dalam tatap tak berucap, Kakek Afif ingin sistem pendidikan di negeri ini juga kaya akan pendidikan moral. Berharap pula esok hari ada salah satu anaknya yang mau menjadi pengajar.
